1. KONFLIK ORGANISASI
Konflik organisasi adalah interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
2. JENIS DAN SUMBER KONFLIK
Jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 yaitu :
Konflik organisasi adalah interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
2. JENIS DAN SUMBER KONFLIK
Jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 yaitu :
Ø
Konflik
antara atau peran sosial, misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau
profesi.
Ø
Konflik
antara kelompok-kelompok sosial.
Ø
Konflik
kelompok terorganisir dan tidak terorganisir.
Ø
Konflik
antar satuan nasional.
Ø
Konflik
antar atau tidak antar agama.
Ø
Konflik
antar politik.
Sumber Konflik
·
Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang
unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda.
·
Perbedaan
latarbelakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu konflik.
·
Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam
hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan
budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan
tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai
penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha
kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang
dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian
dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada
perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga
akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan
kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan
individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi
karena perbedaan kepentingan di antara keduanya.
·
Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan
wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan
mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya,
pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak
akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehiodupan masyarakat yang telah ada.
3. STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah sebagai berikut :
Penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah sebagai berikut :
·
Kompetisi
: Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah
win-lose orientation.
·
Akomodasi
: Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
·
Sharing
: Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua
kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
·
Kolaborasi
: Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang
memerlukan integrasi dari kedua pihak.
·
Penghindaran
: Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini
menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok
lain.
Mengendalikan konflik berarti menjaga
tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat
berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal.
Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu
diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1.
Mempertegas
atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di
antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai
suatu unit kerja saja.
2.
Meminimalkan
kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara
unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator
dari dua atau lebih unit kerja.
3.
Memperbesar
sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta
anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4.
Membentuk
forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama.
Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan
permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5.
Membentuk
sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan
mendengarkan dan membuat keputusan.
6.
Pelembagaan
kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak
yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
perselisihan.
7.
Meningkatkan
intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin
sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan
untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah
kerjasama.
8.
Me-redesign
kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang
dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
Metode Penyelesaian Konflik
Ada tiga metode penyelesaian konflik
yang sering digunakan, yaitu dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan
masalah integratif. Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
·
Kekerasan
(forcing) yang bersifat penekanan otokratik.
·
Penenangan
(smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis.
·
Penghindaran
(avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
·
Aturan
mayoritas (majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok
dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang
adil. Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian
jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
4. MOTIVASI DAN TEORI MOTIVASI
Berikut pengertian mengenai motivasi
:
1.
Motivasi
adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Mr. Donald : 1950).
2.
Motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam
diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman : 2000).
3.
Motivasi
adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk
berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies, Ivor K : 1986).
4.
Motivasi
adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau
melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995).
Teori Motivasi
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai
suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan
dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka
pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika
kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang
gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang
mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa
mengerti kebutuhannya. Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan
bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan
untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang
paling dasar.
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan
akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan
hidup.
Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial),
yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan
kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
Kebutuhan akan harga diri, yaitu
kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri,
yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil
terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan
harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang
dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau
kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan
nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori
X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins,
2007). McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer mengenai sifat
manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka
cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi
tersebut.
Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick
Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah
mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik
menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007). Herzberg
memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan
bawa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan faktor-faktor
ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :
1.
Upah
2.
Kondisi
kerja
3.
Keamanan
kerja
4.
Status
5.
Prosedur
perusahaan
6.
Mutu
penyeliaan
7.
Mutu
hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap
kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya
menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan
setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan,atau
faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :
1.
Pencapaian
prestasi
2.
Pengakuan
3.
Tanggung
Jawab
4.
Kemajuan
5.
Pekerjaan
itu sendiri
6.
Kemungkinan
berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan
berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk
motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu,
faktor ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan
oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga
kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
·
Kebutuhan
pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli,
mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
·
Kebutuhan
akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku
sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
·
Kebutuhan
hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang
ramah dan akrab.
Apa yang tercakup dalam teori yang
mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini,
motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
1.
Persepsi
seseorang mengenai diri sendiri
2.
Harga
diri
3.
Harapan
pribadi
4.
Kebutuhaan
5.
Keinginan
6.
Kepuasan
kerja
7.
Prestasi
kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi
motivasi seseorang, antara lain ialah :
1.
Jenis
dan sifat pekerjaan
2.
Kelompok
kerja dimana seseorang bergabung
3.
Organisasi
tempat bekerja
4.
Situasi
lingkungan pada umumnya
5.
Sistem
imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
STUDI KASUS KONFLIK ORGANISASI
Contoh : Permasalahan dalam organisasi salah satu kelas di SMA CAKRAWALA.
Pada tahun ajaran baru semester ganjil, dibentuk kepengurusan kelas baru misalnya ketua, wakil, sekretaris, bendahara, dan anggota-anggota yang lain.
2 bulan kepengurusan sudah berjalan, seorang sekretaris mengecek perlengkapan di kelas seperti sapu, kain lap, spidol, penghapus dll. Beberapa perlengkapan kelas sudah ada yang rusak bahkan hilang. Sekretaris dan anggota lain pun melapor hal tersebut kepada ketua kelas. Yang tentu saja langsung direspon dengan baik oleh ketua kelas. Ketua kelas, wakil dan bendahara merundingkan hal itu agar mendapat penyelesaian yang tepat. Dan di dapatkan solusi dengan cara mengadakan uang kas yang dimana hasil uang tersebut tiap minggunya disisihkan sebagian untuk membeli perlengkapan kelas yang hilang/rusak. Masing-masing siswa untuk uang kas dikenakan Rp 5000 perminggu. Ketua kelas akhirnya mengumumkan kepada siswanya agar menyetujui. Tetapi ada siswa kurang setuju karena alasan Rp 5000 terlalu berat buat dirinya. Ketua kelas mengambil kesimpulan uang kas bisa di cicil setiap harinya agar tidak terlalu terbebani. Dengan sedikit konflik yang terjadi tadi karena ada yang kurang setuju, akhirnya di sepakati oleh semua siswa-siswi dikelas itu uang untuk di cicil 1000 perhari.
Setelah uang kas terkumpul selama 1 minggu di dapatkan hasil sebesar Rp 150.000 dengan jumlah 30 siswa di kelas itu. uang kas yang didapat langsung di belikan semua perlengkapan kelas yang rusak/hilang.
Dari kasus diatas, dapat disimpulkan terjadi konflik antara pengurus kelas yaitu ketua kelas dengan anggotanya (siswa). Konflik yang terjadi yaitu anggota (siswa) kurang menyetujui pendapat mengenai solusi yang diambil ketua kelas yang dianggap mengambil keputusan secara sepihak atau dibicarakan hanya kepada pengurus kelas (wakil, bendahara, sekretaris) saja tidak kepada siswa/anggota lain.
Penyelesaian atas konflik tersebut dengan cara merundingkan atau menyepakati setiap permasalahan yang ada di kelas kepada seluruh anggota kelas dan tidak hanya kepada orang tertentu saja sehingga semua anggota merasa di libatkan dalam solusi yang diatasi pengurus.
Contoh : Permasalahan dalam organisasi salah satu kelas di SMA CAKRAWALA.
Pada tahun ajaran baru semester ganjil, dibentuk kepengurusan kelas baru misalnya ketua, wakil, sekretaris, bendahara, dan anggota-anggota yang lain.
2 bulan kepengurusan sudah berjalan, seorang sekretaris mengecek perlengkapan di kelas seperti sapu, kain lap, spidol, penghapus dll. Beberapa perlengkapan kelas sudah ada yang rusak bahkan hilang. Sekretaris dan anggota lain pun melapor hal tersebut kepada ketua kelas. Yang tentu saja langsung direspon dengan baik oleh ketua kelas. Ketua kelas, wakil dan bendahara merundingkan hal itu agar mendapat penyelesaian yang tepat. Dan di dapatkan solusi dengan cara mengadakan uang kas yang dimana hasil uang tersebut tiap minggunya disisihkan sebagian untuk membeli perlengkapan kelas yang hilang/rusak. Masing-masing siswa untuk uang kas dikenakan Rp 5000 perminggu. Ketua kelas akhirnya mengumumkan kepada siswanya agar menyetujui. Tetapi ada siswa kurang setuju karena alasan Rp 5000 terlalu berat buat dirinya. Ketua kelas mengambil kesimpulan uang kas bisa di cicil setiap harinya agar tidak terlalu terbebani. Dengan sedikit konflik yang terjadi tadi karena ada yang kurang setuju, akhirnya di sepakati oleh semua siswa-siswi dikelas itu uang untuk di cicil 1000 perhari.
Setelah uang kas terkumpul selama 1 minggu di dapatkan hasil sebesar Rp 150.000 dengan jumlah 30 siswa di kelas itu. uang kas yang didapat langsung di belikan semua perlengkapan kelas yang rusak/hilang.
Dari kasus diatas, dapat disimpulkan terjadi konflik antara pengurus kelas yaitu ketua kelas dengan anggotanya (siswa). Konflik yang terjadi yaitu anggota (siswa) kurang menyetujui pendapat mengenai solusi yang diambil ketua kelas yang dianggap mengambil keputusan secara sepihak atau dibicarakan hanya kepada pengurus kelas (wakil, bendahara, sekretaris) saja tidak kepada siswa/anggota lain.
Penyelesaian atas konflik tersebut dengan cara merundingkan atau menyepakati setiap permasalahan yang ada di kelas kepada seluruh anggota kelas dan tidak hanya kepada orang tertentu saja sehingga semua anggota merasa di libatkan dalam solusi yang diatasi pengurus.