PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME
Setiap orang pasti pernah berprasangka,
baik itu prasangka positif maupun prasangka negatif namun pasti lebih banyak
berprasangka buruk yang dalam bahasa arab berarti suudzon.Prasangka bisa datang
kapan saja dan kerap kali datang diiringi dengan penyakit hati yang lain
seperti hasad, dengki, dzalim dan kesombongan. Mereka yang senantiasa
terangsang hati dan pikirannya untuk berburuk sangka terhadap apa yang dilihat
dan dirasakan hanya akan menyebabkan ketidaktenangan dan keresahan jiwa.
Selain itu ketika perasaan buruk sangka
itu muncul maka akan menimbulkan suatu efek pada diri kita yaitu kita akan
disibukkan untuk menilai perilaku ataupun perbuatan orang lain yang kita nilai
buruk, padahal belum tentu buruk menurut pandangan Allah. Sehingga kita terbuai
dan lupa bahwa diri kita sudah terjerat oleh bujuk rayu dan hasutan syetan.
Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan
berhubungan baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara
individu-individu maupun antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga
berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling
memberi dan menerima. Dalam kehidupan ini manusia disebut makhluk social diman
saling membutuhkan untuk tercapainya kelancaran dan keselarasan dalam hidup.Jika
kita memaknai hidup bermasyarakat dengan baik maka tidak akan terjadi
gesekan-gesekan social, konfilk yang menjurus SARA. Awal mulanya gesekan ini
adalah tidak ada yang bisa memaknai hidup bermasyarakat yang baik, padahal
dengan pemahaman ini bisa menolak gesekan tersebut. Mulai sejak dini atau usia
muda (sekolah) harus diberikan pemahaman-pemahaman tentang hidup bermasyarakat,
jika tidak dimulai sejak dini nantinya akan terjadi gesekan lebih besar lagi
dimasa yang akan datang. Maka dengan pemahaman ini kita bisa menerima berbagai
macam bentuk perbedaan, biasanya perbedaan ini terjadi antara kelompok etnis,
kelompok agama, dan ideologi.
Prasangka adalah sebuah
fenomena yang hanya bisa di emui didalam kehidupan sosial dan masyarakat. Semua
orang pasti mempunyai prasangka baik itu prasangka buruk maupun prasangka yang
baik. Karna prasangka timbul atas diri sendiri. Prasangka bisa terjadi karna
adanya kontak atau hubungan sosial dari berbagai individu di dalam masyarakat.
Maka bisa dikatakan seseorang tidak bisa berprasangka apabila tidak mengalami
kontak sosial dengan orang lain. Untuk bisa berprasangka setiap individu harus
hidup bermasyarakat terlebih dahulu. Sudah pasti kita adalah anggota masyarakat
dan bisa dikatakan kalau kita memiliki prasangka. Hidup bermasyarakat adalah
hidup berhubungan baik dengan individu lain maupu antara suatu kelompok atau
golongan. Dalam hidup bermasyarakat kita harus bisa saling membantu dan
menerima apa adanya kondisi yang erjadi dilingkungan kita. Karna kita hidup
bermasyarakat itu saling membutuhkan untuk tercapainya keselarasan dalam hidup
ini.
Maka dari itu prasangka
bisa dikatakan sebagai hal yang tidak baik di dalam kehidupan masyarakat.
Prasangka bisa berubah menjadi sebuah fitnah. Maka dari iitu jika hal ini terus
dibiarkan maka akan menimbulkan korban. Dari prasangka tersebut hal ini bisa
berdampak ke dalam kehidupan masyarakat. Karna prasangka dapat menyebabkan
mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia dalam berbagai situasi yang ia
hadapi. Maka dari itu prasangka bisa membuat seseorang tidak mau bergabung dan
bergaul dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Dan juga membuat seseorang
tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan msyarakatnya. Ada cara untuk
menanggulangi dari sirat prasangka yang pertama adalah harus Menyadarkan
individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu belajar
mengenal dan memahami individu lain berdasarkan karakteristiknya yang unik,
tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok tertentu.
Sebagai
salah satu contoh perlakuan diskriminatif terhadap penyandang cacat. Kita masih
sering membaca dalam pengumuman penerimaan calon pegawai atau karyawan salah
satu poin yang mensyaratkan bahwa pelamar harus sehat jasmani dan rohani.
Biasanya persyaratan tersebut tertulis tanpa penjelasan, sehingga maknanya pun
sangat umum. Arti sehat jasmani dapat dimaknai bahwa selain seseorang tidak
memiliki kekurangan fisik, dia juga terbebas dari segala penyakit seperti
penyakit ginjal, kanker, atau penyakit lainnya. Sedangkan sehat rohani dapat
juga diartikan bukan hanya sehat secara mental (psikis) namun juga sehat secara
moral. Namun kebanyakan kedua istilah sehat jasmani maupun rohani lebih merujuk
pada kondisi penyandang cacat.
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan
yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai
sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk
menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Sikap ini sangat lah tidak
baik bagi kita semua, justru nilai-nilai yang terkandung didalam suatu
kebudayaan bukanlah untuk dibedakan melainkan untuk saling menghargai
kebudayaan sendiri maupun orang lain. Jangan karena kebudayaan milik sendiri
lebih baik dari yang lain bisa seenaknya saja menjelekkan kebudayaan lain, ini
kan menimbulkan permasalahan pada diskriminasi. Seperti yang dijelaskan diatas
diskriminasi akan banyak menimbulkan korban dari adanya gejolak dan gesekan
masyarakat tentang kebudayaan.